Terulang Lagi, Pelatih Ini Bikin Liga Jadi Membosankan



Berbekal filosofi ciamiknya dalam menerapkan strategi sepakbola yang indah, membuat nama Pep Guardiola menjadi salah satu pelatih yang begitu disegani seantero Eropa. Ia membuktikan bahwa strategi andalannya, yakni Tiki-taka bisa diterapkan di liga-liga besar di Eropa.

Karirnya sebagai pelatih bermula di klub yang membesarkan namanya, yakni Barcelona. Di musim 2007/2008 ia menukangi Barcelona B, setahun berikutnya ia ditunjuk untuk menahkodai tim senior Barcelona menggantikan Frank Rijkard. Di musim pertamanya begitu mengesankan, ia berhasil membawa Barcelona meraih treble winners.

Selama 4 musim karirnya sebagai pelatih di Barcelona dalam medio 2009-2012, ia membuat Liga Spanyol sangat membosankan. Bahkan rival abadi mereka Real Madrid baru mampu meraih gelar di musim terakhir Pep menjadi pelatih Barcelona. Sebelumnya, ia 3 kali beruntun meraih gelar Liga Spanyol, tepatnya pada periode 2009-2011. Ia pun menjadi pelatih tersukses di Barcelona dengan raihan 14 gelar bergengsi hanya dalam kurun waktu 4 tahun.

Memutuskan rehat sejenak dari dunia kepelatihan, ia kembali lagi menjadi pelatih di musim 2013/2014. Kali ini ia mencoba tantangan baru di Jerman, dengan mengarsiteki Bayern Muenchen. Di Jerman pun, ia begitu dominan menguasai Bundesliga, dengan 2 gelar Liga di musim 2013/2014 dan 2014/2015.

Bahkan musim pertamanya di Jerman, ia membuat Bundesliga juga membosankan, karena ia menjuarai Liga seperti tak ada rivalnya. Di akhir musim tersebut, ia menjuarai Bundesliga dengan selisih poin cukup jauh dari Borussia Dortmund yang ada di peringkat 2, yakni 19 poin.


Berbagai pihak menuding, kalau pencapaiannya di Jerman hanya sebuah keburuntungan, karena di Bundesliga tak ada saingan yang tangguh jika ia menjadi pelatih Bayern Muenchen. Seolah ingin membuktikan kapasitasnya sebagai pelatih, ia pun memilih hijrah ke Liga Primer Inggris di musim 2016/17. Di Inggris tantangan lebih banyak, karena ada banyak klub besar juga pelatih-pelatih handal yang menjadi saingannya memperebutkan gelar Premir League.

Musim pertamanya di Inggris bersama Manchester City tak berjalan mulus, seperti saat ia menukangi Barcelona maupun Bayern Muenchen. Dia butuh beradaptasi dalam menerapkan strategi tiki-takanya di Liga Primer Inggris yang terkenal dengan istilah kick and rush. Di musim pertamanya pun, ia hanya ada di posisi ke-3 dibawah Chelsea yang menjadi juara bersama Antonio Conte dan Tottenham Hotspur yang ada di posisi runner up.

Pada musim ini, ia memilih merombak skuatnya dengan membeli banyak pemain berkualitas demi ambisinya meraih gelar liga.Dampaknya sangat signifikan, dengan kemenangan melawan Manchester United di Old Traford akhir pekan kemarin, membuat Manchester City jauh meninggalkan para rival mereka. Hingga pekan ke-16, ia sama sekali tak tersentuh kekalahan dan hanya imbang sekali saat melawan Everton. Hasilnya, ia unggul 11 poin dari rival sekota mereka yang ada di posisi ke-2.

Dominannya Manchester City, membuat Guardiola seakan-akan bakalan berhasil menaklukkan kerasnya sepakbola Inggris dengan raihan gelar liga di akhir musim. Tapi, apapun bisa terjadi dan tidak ada yang tak mungkin di dunia sepakbola. Entah dia bisa mempertahankan konsistensinya atau para rival berhasil memangkas jarak poin dengan Manchester City, layak ditunggu hingga akhir musim. Adakah yang bahagia dengan pencapaian Manchester City? Btw, ada nggak sih fansnya Manchester City yang baca artikel ini.

Sumber : gilabola.com
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==